instagram

Instagram

Senin, 24 Februari 2014

PENGARUH PSIKOSOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN INFEKSI HIV DAN AIDS



PENGARUH PSIKOSOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN INFEKSI HIV DAN AIDS

  
Disusun oleh :
Kelompok     : 5
Kelas : 2 C
                   1.Khoirul Atho’illah       (11.0692.S)
                   2. Kukuh Nurcahyo          (11.0697.S) 
                   3. M. Hikmatiar Hizby H.(11.0713.S)
                   4. Ranggi Satria R.A        (11.0730.S)
                   5. Roni Agus Irfansah       (11.0741.S)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut estimasi Departemen Kesehatan pada tahun 2002 terdapat sekitar 90.000 sampai 120.000 orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Indonersia. Jumlah ini masih meningkat tajam terutama karena pertambahan kasus baru yang berasal dari kalangan pengguna narkotika suntikan.  Menurut Badan Narkotka Nasional (BNN) pada tahun 2005 jumlah pengguna narkoba di Indonesioa mencapai 3,2 juta orang dan yang menggunakan narkotika suntikan berjumlah 572.000. Tes HIV  di kalangan pengguna narkotika suntikan menunjukkan angka positif yang tinggi berkisar antara 50-90%. Dengan demikian dapat dibayangkan bahwa jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2005 sudah meningkat tajam jauh melampaui angka 120.000 yang diperkirakan pada tahun 2002.
Gejala klnis HIV/AIDS pada umumnya disebabkan oleh gejala infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik yang sering dijumpai di Indonesia adalah infeksi jamur, tuberkulosis, toksoplasma dan sitomegalo. Sebagian infeksi ini menyerang susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan gangguan kesadaran. Selain itu penggunaan narkoba juga dapat berpengaruh pada susunan syaraf pusat.
A.    Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui dan memehami pengaruh psikososial terhadap perkembangan infeksi HIV dan AIDS


2. Tujuan khusus:
a)      penulis mampu memahami secara umum pengaruh psikososial terhadap perkembangan infeksi HIV dan AIDS
b)      penulis mampu mengetahui dampak psikososial terhadap perkembangan infeksi HIV dan AIDS
c)      penulis mampu mngetahui cara mengatasi dampak psikososial terhadap perkembangan infeksi HIV dan AIDS








BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

A.      Pengertian
                Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
                Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di California, sedangkan penyebab AIDS baru ditemukan pada akhir 1984 oleh Robert Gallo dan Luc Montagner. Laporan kasus AIDS pada tahun 1981 menunjukkan tingginya angka kematian pada pasien yang berusia masih muda. Akibatnya timbul ketakutan pada masyarakat terhadap penyakit ini. Sampai sekarang di masyarakat masih terdapat mitos bahwa penyakit AIDS merupakan penyakit fatal yang tak dapat disembuhkan. Selain itu AIDS juga dihubungkan dengan perilaku tertentu seperti hubungan seks bebas, hubungan seks sesama jenis dan sebagainya. Odha dengan demikian dianggap merupakan orang yang melakukan perilaku yang menyimpang dari norma yang dianut. Akibatnya Odha  sering dikucilkan dan tidak mendapat pertolongan yang sewajarnya.  Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap AIDS maka diharapkan stigma mengenai AIDS akan berkurang dan beban psikososial Odha juga akan menjadi lebih ringan.
                Ketika seorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responsnya beragam. Pada umumnya dia akan mengalami lima tahap yang digambarkan oleh Kubler Ross yaitu masa penolakan, marah, tawar menawar, depresi dan penerimaan. Sedangkan Nurhidayat melaporkan bahwa dari 100 orang yang diketahui HIV positif di Jakarta  42% berdiam diri, marah, bercerita pada orang lain, menagis, mengamuk dan banyak beribadah.. Respons permulaan ini biasanya akan dilanjutkan dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat menerima. Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu juga akan diterima dan didukung oleh lingkungannya. Bahkan seorang aktivis AIDS terkemuka di Indonesia Suzanna Murni mengungkapkan bahwa beban psikososial yang dialami seorang Odha adakalanya lebih berat daripada beban penderita fisik. Berbagai bentuk beban yang dialami tersebut diantanya adalah dikucilkan keluarga, diberhentikan dari pekerjaan, tidak mendapat layanan medis yang dibutuhkan, tidak mendapat ganti rugi asuransi sampai menjadi bahan pemeberitaan di media massa. Beban yang diderita Odha baik karena gejala penyakit yang bersifat organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa cemas. Depresi berat bahkan sampai keinginan bunuh diri.

B.      Dampak Psikososial Terhadap Perkembangan Infeksi HIV dan AIDS
Dampak psikosial perkembangan infeksi HIV dan AIDS antara lain :
1.      reaksi syok, termasuk :
·         Terdiam, hilangnya perhatian, atau ketidak percayaan;
·         Kebingungan, keresahan, atau ketidakpastian mengenai hari ini dan masa depan;
·         Putus asa
·         Emosional tidak stabil (perubahan cepat dan tidak terduga dari menangis sampai tertawa dan terus silih berganti)
·         Menarik diri – menjaga jarak dari berbagai keadaan sekitar ; menghindar untuk terlibat dalam percakapan, aktivitas atau rencana pengobatan.

2.      Marah tidak terkendali
Perasaan tidak beruntung dan mereka dapat melakukan tindak merusak seperti melukai diri sendiri atau orang lain.
Perasaan tidak mampu lagi untuk bekerja meski sebetulnya masih mampu. Dengan banyaknya keterbatasan dalam hidup seperti makan (diet), pekerjaan , kontak sosial secara umum, dan sering menjadi sumber atau sasaran kemarahan orang terdekat. Dipicu oleh kejadian yang tidak terduga dan kejadian yang sepele.
Perasaan marah pada diri sendiri sering timbul dalam bentuk menghancurkan diri sendiri dengan membiarkan diri terserang HIV tanpa upaya mengobatinya atau mencegah berlanjutnya infeksi, atau dalam bentuk tingkah laku merusak diri sendiri (kecenderungan bunuh diri).

3.      Ketakutan akan kematian, atau kesendirian dalam kesakitan, sangat umum terjadi.
Ketakutan lain adalah karena:
·         takut dijauhi,
·         ditolak,
·         diabaikan atau ditinggalkan anak-anak/keluarga,
·         ketidakmampuan mencari nafkah,
·         kehilangan fungsi tubuh atau mental,
·         dan kehilangan kepercayaan diri.
Ketakutan mungkin didasarkan atas pengalaman orang lain. Hal ini mungkin juga disebabkan kurangnya informasi mengenai HIV/AIDS. ODHA dapat bereaksi dengan menarik diri dari seluruh kontak sosial. Faktor penting yang mendorong situasi ini adalah ketakutan ditolak, dengan pikiran: “Setiap orang akan menolak saya, karena itu lebih baik saya menjauh dari mereka sebelum mereka meninggalkan saya”. Pada awalnya konselor dapat menghargai perasaan untuk mengisolasi diri sementara waktu , namun dukungan konseling harus terus berlanjut. Kalau isolasi terus berlarut dalam jangka waktu yang lama, konselor perlu menggali penyebabnya, dan mendorong perubahan sikap ini.
4.      Muncul perasaan bersalah
Menularkan pada orang lain, atau mengenai tingkah laku yang menyebabkan tertular HIV . misalnya:
·         pengalaman hubungan seks yang tidak aman atau
·         menggunakan obat-obatan yang disuntikkan).
Ada juga perasaan bersalah karena kesedihan, berpisah dan kehilangan orang-orang serta keluarga yang dicintai Perasaan bersalah masa lalu yang tidak terselesaikan akan muncul dan memperberat kondisi mental mereka.
5.      Harga dirinya terancam
Harga diri seringkali merupakan pemicu terjadinya berbagai sikap agresifitas, irritabilitas, kecemasan dan isolasi diri. Penolakan oleh tetangga, rekan kerja, kerabat dekat, dan orang-orang yang dicintai dapat menyebabkan kehilangan status sosial dan kepercayaan diri, mengarah kepada meningkatnya perasaan tidak berguna.  Pengaruh fisik terkait HIV, contohnya, perubahan rona wajah, menurunnya fungsi fisik dapat memperberat masalah ini

6.      Bunuh diri
Bunuh diri dapat terjadi :
·         aktif (sengaja melukai diri yang menyebabkan kematian) atau
·         pasif (tingkah laku merusak diri, sepert menolak pengobatan, menyembunyikan penyakit).



C.      Cara mengatasi dampak psikososial terhadap perkembangan infeksi HIV dan AIDS
                Untuk megurangi beban psikososial Odha maka pemahaman yang benar mengenai AIDS perlu disebar luaskan. Konsep bahwa dalam era obat antiretroviral AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu dimasyarakatkan. Konsep tersebut memberi harapan kepada masyarakat dan Odha bahwa Odha tetap dapat menikmati kualitas hidup yang baik dan berfungsi di masyarakat.
                Upaya untuk mengurangi stigma di masyarakat dapat dilakukan dengan advokasi dan pendamping, contoh nyata tokoh masyarakat yang menerima Odha dengan wajar seperti bersalaman, duduk bersama dan sebagianya dapat merupakan panutan bagi masyarakat.
                Untuk mengurangi beban psikis orang yang terinfeksi HIV maka dilakukan konseling sebelum tes. Tes HIV dilakukan secara sukarela setelah mendapat konseling. Pada konseling HIV dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpertasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh Odha. Penyampaian hasil tes baik hasil negatif maupun positif juga disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif. Konseling pasca tes baik ada hasil positif maupun negatif tetap penting. Pada hasil positif konseling dapat digunakan sebagai sesi untuk menerima ungkapan perasaan orang yang baru menerima hasil, rencana yang akan dilakukannya serta dukungan yang dapat dperolehnya. Sebaliknya penyampaian hasil negatif tetap dilakukan dalam sesi konseling agar perilaku berisisko dapat dihindari sehingga hasil negatif dapat dipertahankan.
                Terapi psikofarmaka untuk gangguan cemas, depresi serta insomnia dapat diberikan namun penggunaan obat ini perlu memperhatikan interkasi dengan obat-obat lain yang banyak digunakan pada Odha.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Dampak Psikososial Terhadap Perkembangan Infeksi HIV dan AIDS  :
7.      reaksi syok
8.      Marah tidak terkendali
9.      Ketakutan akan kematian, atau kesendirian dalam kesakitan, sangat umum terjadi.
10.  Muncul perasaan bersalah
11.  Harga dirinya terancam
12.  Bunuh diri
Cara mengatasi dampak psikososial terhadap perkembangan infeksi HIV dan AIDS
1.      pemahaman yang benar mengenai AIDS
2.      advokasi dan pendamping
3.      konseling
4.      terapi psikofarmaka untuk gangguan cemas

B.     Saran
Perawat selalu memberikan pemahaman yang benar mengenai AIDS, menjadi tempat advokasi kepada pasien dengan HIV dan AIDS, memberikan konseling yang benar. Untuk masyarakat diharapkan jangan beraasumsi bahwa penyakit HIV dan AIDS adalah penyakit yang kotor, serta menjaga kesehatan adalah hal yang terpenting dalam kehidupan.




 DAFTAR PUSTAKA
Sherbourne C, Forge NG, Kung FY, Orlando M, Tucker J. Personal and psychosocial characteristics associated with psychiatric conditions among women with human immunodeficiency virus. Women’s Health Isues .2003;Jakarta
Penedo FJ, Gonzales JS, Dahn JR, Antoni M, Malow R, Costa P, et al. Personality, quality of life and HAART adherence among men and women living with HIV/AIDS. J Psychosimatics Res 2003;Jakarta
Aranda-Naranjo B. Quality of life in the HIV-positive patient: implications and consequences. J Assoc Nurs AIDS Care 2004;Jakarta
Sudoyo, Aru W.(2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia




Tidak ada komentar:

Posting Komentar