ASUHAN
KEPERAWATAN PADA GASTROENTERITIS
Disusun
oleh :
Kelompok
: 3
Kelas : 3 B
- Asif
Saiful Hayat (11.0646.S)
- Diana
Angoorowati (11.0657.S)
- M.
Hendra Wibowo (11.0704.S)
- Roni
Agus Irfansah (11.0741.S)
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2013 /
2014
A. Definisi
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah dan dan sering
kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang di maksutkan disini adalah
buang air besar berkali kali (lebih dari 4 kali), bentuk feses cair dan dapat
disertai dengan darah atau lendir (Suratun dan Lusianah, 2010)
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung
dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan
parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Mansjoer et al,. (1999) mendefisinikan
gastroenteritis sebagai buang air besar (defekasi) dengan dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), berbentuk cairan
atau setengah cair (setengah padat) dan dapat pula disertai frekuensi defekasi
(buang air besar) yang meningkat. Sementara, organisasi dunia mendefinisikan
gastroenteritis sebagai buang air besar yang encer atau lebih dari tiga kali
sehari (WHO,1980)
B. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab gastroenteritis.
Berikut beberapa diantaranya:
1. Infeksi
Internal
Infeksi
internal ini disebabkan oleh bakteri antara lain:
a.
Stigella
1)
Semusim, puncaknya
pada bulan Juli-September
2)
Insiden paling
tinggi pada umur 1-5 tahun
3)
Dapat
dihubungkan dengan kejang demam.
4)
Muntah yang
tidak menonjol
5)
Sel polos dalam
feses
6)
Sel batang dalam
darah
b.
Salmonella
1)
Semua umur
tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
2)
Menembus dinding
usus, feses berdarah, mukoid.
3)
Mungkin ada
peningkatan temperature
4)
Muntah tidak
menonjol
5)
Sel polos dalam
feses
6)
Masa inkubasi
6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
7)
Organisme dapat
ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c.
Escherichia coli
1)
Baik yang
menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan entenoksin.
2)
Pasien (
biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
d.
Campylobacter
1)
Sifatnya invasis
( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi dapat menyebabkan diare
berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
2)
Kram abdomen
yang hebat.
3)
Muntah /
dehidrasi jarang terjadi
e.
Yersinia Enterecolitica
1)
Feses mukosa
2)
Sering didapatkan
sel polos pada feses.
3)
Mungkin ada
nyeri abdomen yang berat
4)
Diare selama 1-2
minggu.
5)
Sering
menyerupai apendicitis.
2.
Infeksi oleh
Virus
a.
Retavirus
1)
Merupakan penyebab
tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
2)
Timbul sepanjang
tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
3)
Dapat ditemukan
demam atau muntah.
4)
Di dapatkan
penurunan HCC.
b.
Enterovirus
b.Biasanya
timbul pada musim panas.
c.
Adenovirus
1)
Timbul sepanjang
tahun.
2)
Menyebabkan
gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
d.
Norwalk
1)
Epidemik
2)
Dapat sembuh sendiri
( dalam 24 - 48 jam ).
3.
Infeksi parasit
Biasanya disebabkan oleh cacing( Ascaris,
Trichuis, Oxyuris, Srongyloides) protozoa (Entamoeba bistolytica,Gandila
lamblia, Trichomonas bominis) dan jamur (Candila albicans)
Infeksi
Parenteral
Infeksi pariental adalah infeksi yang
terjadi di luar alat pencernaan makanan, seperti Otitis media akut (OMA)
tonsilitis/ tonsilo faringitis (radang amandel/radang pangkal tenggorokan),
bronkopneumonia (peradangan paru) dan ensefalitis (radang jaringan otak).
4.
Penyebab yang
lain
1)Diare
juga disebabkan oleh konsumsi obat obatan yang tidak cocok, seperti sulih
hormon tiroid, laksatif ( obat obatan untuk mengatasi sembelit), antibiotik,
asetaminofen, kemoterapi, dan obat golongan antasida.
2)Pemberian
makanan melalui NGT dan gangguan motilitas (gerak)usus
3)Mengkonsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri
4)Berpergian
ke negara endemis dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan lingkungan yang
buruk.
5)Penggunaan
antibiotik dalam jangka panjang.
6)HIV
positif atau AIDS
7)Perubahan
kualitas udara.
C. Tanda Gejala
Manifestasi klinis dari
gastroenteritis antara lain :
1. Perut
mulas dan gelisah, suhu tubuh meningkat, demam, nafsu makan berkurang, rasa
lekas kenyang, mual ( kadang-kadang sampai muntah), dan badan terasa lemas.
1.Sering
buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai mual
dan muntah.
2. Warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
3. Anus
dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi, sementara tinja menjadi lebih
asam karena banyaknya asam laktat.
4. Terdapat
tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering, serta disertai penurunan
berat badan.
5. Perubahan
tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun (apatis, samnolence,
sopora komatus) sebagian akibat hipovikanik.
6. Diuresis
berkurang ( oliguria sampai anuria).
7. Bila
terjadi asidosis metabolik, pasien akan tampak pucat dengan pernafasan cepat
dan dalam.
D.
Patofisiologi
Penyebab gastroenteritisnya adalah masuknya virus (
Rotravirus, Adenovirus enteris, Norwalk ), bakteri atau toksin ( Compylobacter,
Salmonella, Escberibia coli, Yersinia, dan lainnyan ), dan parasit ( Biardia
lambai dan Cryptosporidium ). Beberapa mikroorganisme patogen ini dapat
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksi atau sitotoksin yang
dapat merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus gastroenetitis.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral.
Dalam beberapa kasus, terjadinya penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi tinja, eksresi yang buruk, makanan yang tidak
matang, bahkan makanan yang disajikan tanpa dimasak. Penularanya adalah
trasmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi, tangan yang terkontaminasi, atau
melalui aktivitas seksual.
Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor
penyebab (agen) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan
pertahanan tubuh terhadapa mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh,
lingkungan, atau lumen saluran cerna ( seperti keasaman lambung, motilitas
lambung, imunitas, juga mencangkup lingkungan mikroflora usus). Faktor penyebab
yang mempengaruhi antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan disusu, serta daya lekat
kuman.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, akibatnya isi rongga usus menjadi berlebihan
sehingga timbul diare). Selain itu, gangguan ini juga dapat menimbulkan
gangguan sekresi akibat toksi di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat, kemudian terjadi diare.
Gangguan motilitas usus dapat menyebabkan hiperpeistaltik
dan hipoperistaltik. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya, jika
terjadi hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga
juga terjadi diare. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibkan gangguan asam basa ( asidosis metabolik
dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia,
dan gangguan sirkulasi darah.
E.
Patways
Masukan
makanan/minuman yang terkontaminasi
Infeksi
pada mukosa usus
Menimbulka Menimbulkan
rangsangan
tertentu mekanisme
tubuh
yaitu : menimbulkan untuk
mengeluarkan toksin
mekanisme
tubuh
untuk mengeluarkan
Peningkatan
gerakan usus
Peningkatan sekresi air (peristaltik)
dan
elektrolit ke dalam
rongga usus
Berkurangnya
kesempatan
usus menyerap
makanan
dx. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
|
F.
Komplikasi
Komplikasi
dari gastroenteritis ini antara lain:
1.
Kehilangan
cairan dan kelainan elektrolit, memicu shock hipovolemik dan hilangnya
elektrolit, seperti hipovokalemia (kalium <3meq/L) dan asidosis metabolic.
Pada hipokalemia, wapadai tanda-tanda penurunan tekanan darah.
2.
Anoreksia dan
mengantuk.
3.
Tubular nekrosis
akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan. Perhatian pengeluaran
urine yang berkepanjangan. Perhatikan pengeluaran urine yang kurang dari 30
ml/jum selama 2-3 jam berturut-turut.
4.
Arthritis
pascainfeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah diare, karena Campylobacter,
Shigella, Salmonella atau Yersinia spp.
5.
Disrtimia
jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan
kontrakso ventrikel premature akibat gangguam
elektrolit terutama karena hipokalemia.
6.
Renjatan
hipovolemik.
7.
Kejang,
malnutrisi dan hipoglikemia.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan diagnostic yang diperlukan
saat akan mengenai penyakit ini, diantaranya :
1. Pemeriksaan
laboratorium, yang meliputi:
a. Pemeriksaan
Tinja
a.Pemeriksaan
tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik, harus dilakukan untuk menentukan
diagnostic yang pasti. Dalam pemeriksaan secara makroskopik, harus diperhatikan
bentuk, warna, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pada
pemeriksaan mikroskopik, harus diperhatikan keberadaan telur cacing, parasit
dan bakteri
b.
Dinister
b.Pemeriksaan
ini bila diduga terdapat intoleransi gula
c.
Uji bakteri bila
diperlukan
d.
Pemeriksaan
feses
d.Bila
terdapat leukosit yang menunjukkan adanya inflamasi kolon. Jika diare disertai
darah, maka perlu dilakukan kultur feses, karena dicurigai penyebabnya adalah
EHEC (enterrohehemorragic E. coli) atau baketri atau parasit atau virus lainnya.
2. Pemeriksaan
darah, diantaranya:
1) Pemeriksaan
kadar Ph darah dan cadangan dikali serta elekrolit (natrium, kalium, kalsium
dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar
ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3) Analisis
gas darah dan pemeriksaan darah lengkap dilakukan bila terjadi diare berat
4) Deudenal
intubation
Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui jasat renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama diakukan pada penderita diarea kronis
5) Endoskopi
5)Sebaiknya
dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderita diare. Lebih-lebih lagi
setelah ditemukannya colon fiberscope yang akan mempermudah dalam pembuatan
diagnosis
3. Radiologi
Penderita
sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan
regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan
radiologi
4. Pemeriksaan
urine
Pemeriksaan
urine ini dilakukan untuk menerapkan volume, berat jenis, pH dan elektrolitnya
H. Pengkajian 11 Pola Fungsi Gordon
1.
Persepsi Kesehatan : kaji persepsi
sehat dan sakit pada klien.
2.
Nutrisi metabolic : kaji mengenai mual,
muntah, anoreksia, pada pasien yang dapat menyebabkan penurunan berat badan.
3.
Pola eliminasi : kaji mengenai
perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari pada pasien dan BAK sedikit atau jarang.
4.
Aktivitas : kaji tingkat aktivitas
pada pasien, apakah ada kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
5.
Tidur/istirahat : kaji tingkat
istirahat pasien dan kaji adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
6.
Kognitif/perseptual : kaji tingkat
pengetahuan tentang penyakit pada pasien dan juga mengenai higienitas pasien
sehari-hari.
7.
Persepsi diri/konsep diri : Kaji
mengenai gangguan konsep diri pada pasien dan juga kebutuhan fisiologisnya
apakah terganggu, sehingga aktualisasi dirinya tidak dapat tercapai pada saat
sakit.
8.
Seksual/reproduksi : Kaji mengenai
penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
9.
Peran hubungan : Kaji pada pasien mengenai
hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari
mengalami gangguan.
10. Manajemen
koping/stress : Kaji pada pasien mengenai kecemasan yang berangsur-angsur dapat
menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
11. Keyakinan/nilai
: Kaji pada pasien menegenai kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena
gejala penyakit.
I. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
i.Inspeksi : mata cekung,
ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun,
anus kemerahan.
ii.Perkusi : adanya
distensi abdomen.
iii.Palpasi : Turgor kulit
kurang elastis
iv.Auskultasi :
terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Anak yang sedang diare
akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
4) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA)
1) Diare
berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga
kali buang air besar cair per hari, ada dorongan
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan output (keluaran) cairan melalui
rute normal (diare berat atau muntah), status hipermetabolik, dan pemasukan
cairan yang terbatas.
3) Jumlah nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
gangguan absorpsi nutrisi, status hipermetabolik.
K. Intervensi Keperawatan (NOC dan
NIC)
1. Diare
berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga
kali buang air besar cair per hari, ada dorongan.
a. Tujuan
Diare dapat teratasi,
dan BAB kembali normal.
b. Kriteria Hasil
-Tidak ada diare
-Konsistensi tidak cair
-Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
-TTV dalam batas normal.
-Bising usus dalam batas normal
b. Intervensai
1)
Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
Rasional : mengetahui keluaran dan
masukan
2)
Monitor status
hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
Rasional : menghindari adanya
hidrasi
3)
Kontrol bising
usus
Rasionaal : mengetahui garakan
peristaltik
4)
Kolaborasikan
pemberian cairan intravena IV
Rasional : untuk
menghindari dehidrasi.
2. Deficit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal
(muntah, diare) atau status metabolik, dan pemasukan cairan yang terbatas.
a. Tujuan
Defisit cairan teratasi
b. Kriteria
hasil
- Asupan (intake) seimbang dengan output
- Tanda-tanda vital dalm batas normal
- Membran mukosa kulit lembab
- Capilary refi <3 detik
- Berat badan seimbang
c. Intervensi
a. Kaji
masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses, hitung intake dan output,
ukur berat jenis urine, observasi oliguri.
Rasional : Memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
b. Kaji
tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)
Rasional : Hipotensi (termasuk
postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek
kehilangan cairan
c. Observasi
kulit kering, berlebihan dan membrane mukosa, turgor kulit menurun, pengisian
kapiler lambat, ukur berat badan tiap hari.
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan
berlebihan/dehidrasi
d. Berikan
cairan sering dan dalam jumlah kecil untuk mendorong urinasi terjadi tiap dua
jam (air daging, minumam ringan berkabonat, minuman suplemen elektrolit, jus
apel). Rasional : Minuman berkarbonat menggantikan natrium dan kalium yang
hilang pada diare dan muntah.
5) Kolaborasi
pemberian oralit
Rasional : untuk mengatasi diare
3. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrisi,
status hipermetabolik.
a. Tujuan
Gangguan nutrisi dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi
b. Kriteria
hasil
Menunjukkan
berat badan yang normal dengan nilai laboratorium normal dan tak ada tanda mal
nutrisi.
c. Intervensi
1) Timbang
berat badan tiap hari.
Rasional : Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet.
2) Dorong
tirah baring dan pembatasan aktivitas.
Rasional : Menurunkan kebutuhan
metabolic
3) Anjurkan
istirahat sebelum makan.
Rasional : Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energy
untuk makan
4) Berikan kebersihan oral
Rasional :
Meningkatkan nafsu makan.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi
Protein diperlukan untuk
integritas kulit.
Daftar Pustaka
Ardiansyah,
Muhammad. 2012.Medikal Bedah. Jogjakarta:Diva Press
Black,
Joice M. and Hawk, Jane Hokanson. 2005. Medikal Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcomes. USA: Elsevier Saunders.
Corwin,
Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges,
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA
international. 2010. diagnosa keperawatan defiisi dan klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare’s. 2007. Medical-surgical Nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar