instagram

Instagram

Minggu, 22 Desember 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTROENTERITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTROENTERITIS


Disusun oleh :
Kelompok     : 3
Kelas : 3 B
    1. Asif Saiful Hayat       (11.0646.S)
    2. Diana Angoorowati   (11.0657.S)
    3. M. Hendra Wibowo  (11.0704.S)
    4. Roni Agus Irfansah  (11.0741.S)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2013 / 2014



A.    Definisi
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah dan dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang di maksutkan disini adalah buang air besar berkali kali (lebih dari 4 kali), bentuk feses cair dan dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun dan Lusianah, 2010)
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Mansjoer et al,. (1999) mendefisinikan gastroenteritis sebagai buang air besar (defekasi) dengan dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dan dapat pula disertai frekuensi defekasi (buang air besar) yang meningkat. Sementara, organisasi dunia mendefinisikan gastroenteritis sebagai buang air besar yang encer atau lebih dari tiga kali sehari (WHO,1980)

B.     Etiologi
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab gastroenteritis. Berikut beberapa diantaranya:
1.      Infeksi Internal
         Infeksi internal ini disebabkan oleh bakteri antara lain:
a.  Stigella
1)      Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
2)      Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
3)      Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
4)      Muntah yang tidak menonjol
5)      Sel polos dalam feses
6)      Sel batang dalam darah
b.  Salmonella
1)      Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
2)      Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
3)      Mungkin ada peningkatan temperature
4)      Muntah tidak menonjol
5)      Sel polos dalam feses
6)      Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
7)      Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c.  Escherichia coli
1)      Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan entenoksin.
2)      Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
d. Campylobacter
1)      Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
2)      Kram abdomen yang hebat.
3)      Muntah / dehidrasi jarang terjadi
e.  Yersinia Enterecolitica
1)      Feses mukosa
2)      Sering didapatkan sel polos pada feses.
3)      Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
4)      Diare selama 1-2 minggu.
5)      Sering menyerupai apendicitis.

2.      Infeksi oleh Virus
a.  Retavirus
1)      Merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
2)      Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
3)      Dapat ditemukan demam atau muntah.
4)      Di dapatkan penurunan HCC.
b.  Enterovirus
b.Biasanya timbul pada musim panas.
c.  Adenovirus
1)      Timbul sepanjang tahun.
2)      Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
d. Norwalk
1)      Epidemik
2)      Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).
3.   Infeksi parasit
      Biasanya disebabkan oleh cacing( Ascaris, Trichuis, Oxyuris, Srongyloides) protozoa (Entamoeba bistolytica,Gandila lamblia, Trichomonas bominis) dan jamur (Candila albicans)
Infeksi Parenteral
      Infeksi pariental adalah infeksi yang terjadi di luar alat pencernaan makanan, seperti Otitis media akut (OMA) tonsilitis/ tonsilo faringitis (radang amandel/radang pangkal tenggorokan), bronkopneumonia (peradangan paru) dan ensefalitis (radang jaringan otak).
4.   Penyebab yang lain
1)Diare juga disebabkan oleh konsumsi obat obatan yang tidak cocok, seperti sulih hormon tiroid, laksatif ( obat obatan untuk mengatasi sembelit), antibiotik, asetaminofen, kemoterapi, dan obat golongan antasida.
2)Pemberian makanan melalui NGT dan gangguan motilitas (gerak)usus
3)Mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri
4)Berpergian ke negara endemis dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan lingkungan yang buruk.
5)Penggunaan antibiotik dalam jangka panjang.
6)HIV positif atau AIDS
7)Perubahan kualitas udara.


C.    Tanda Gejala
Manifestasi klinis dari gastroenteritis antara lain :
1.      Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh meningkat, demam, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, mual ( kadang-kadang sampai muntah), dan badan terasa lemas.
1.Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai mual dan muntah.
2.      Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
3.      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi, sementara tinja menjadi lebih asam karena banyaknya asam laktat.
4.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering, serta disertai penurunan berat badan.
5.      Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun (apatis, samnolence, sopora komatus) sebagian akibat hipovikanik.
6.      Diuresis berkurang ( oliguria sampai anuria).
7.      Bila terjadi asidosis metabolik, pasien akan tampak pucat dengan pernafasan cepat dan dalam.

D.    Patofisiologi

Penyebab gastroenteritisnya adalah masuknya virus ( Rotravirus, Adenovirus enteris, Norwalk ), bakteri atau toksin ( Compylobacter, Salmonella, Escberibia coli, Yersinia, dan lainnyan ), dan parasit ( Biardia lambai dan Cryptosporidium ). Beberapa mikroorganisme patogen ini dapat menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksi atau sitotoksin yang dapat merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus gastroenetitis.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral. Dalam beberapa kasus, terjadinya penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja, eksresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan makanan yang disajikan tanpa dimasak. Penularanya adalah trasmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi, tangan yang terkontaminasi, atau melalui aktivitas seksual.
Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadapa mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh, lingkungan, atau lumen saluran cerna ( seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencangkup lingkungan mikroflora usus). Faktor penyebab yang mempengaruhi antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan disusu, serta daya lekat kuman.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, akibatnya isi rongga usus menjadi berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu, gangguan ini juga dapat menimbulkan gangguan sekresi akibat toksi di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat, kemudian terjadi diare.
Gangguan motilitas usus dapat menyebabkan hiperpeistaltik dan hipoperistaltik. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya, jika terjadi hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga juga terjadi diare. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibkan gangguan asam basa ( asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.

E.     Patways

Masukan makanan/minuman yang terkontaminasi


Infeksi pada mukosa usus



Menimbulka                                        Menimbulkan
rangsangan tertentu                             mekanisme tubuh
yaitu : menimbulkan                            untuk mengeluarkan toksin
mekanisme tubuh       
untuk mengeluarkan
                                   
Peningkatan gerakan usus
Peningkatan sekresi air                        (peristaltik)
dan elektrolit ke dalam          
rongga usus
                                                                                    Berkurangnya
dx. Diare
 
                                                                                    kesempatan usus                                                                                                         menyerap makanan

dx.Defisit volume cairan
 
dx. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 

                         




F.     Komplikasi

Komplikasi dari gastroenteritis ini antara lain:
1.      Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit, memicu shock hipovolemik dan hilangnya elektrolit, seperti hipovokalemia (kalium <3meq/L) dan asidosis metabolic. Pada hipokalemia, wapadai tanda-tanda penurunan tekanan darah.
2.      Anoreksia dan mengantuk.
3.      Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan. Perhatian pengeluaran urine yang berkepanjangan. Perhatikan pengeluaran urine yang kurang dari 30 ml/jum selama 2-3 jam berturut-turut.
4.      Arthritis pascainfeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah diare, karena Campylobacter, Shigella, Salmonella atau Yersinia spp.
5.      Disrtimia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontrakso ventrikel premature akibat gangguam  elektrolit terutama karena hipokalemia.
6.      Renjatan hipovolemik.
7.      Kejang, malnutrisi dan hipoglikemia.

G.    Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan diagnostic yang diperlukan saat akan mengenai penyakit ini, diantaranya :
1.      Pemeriksaan laboratorium, yang meliputi:
a.       Pemeriksaan Tinja
a.Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik, harus dilakukan untuk menentukan diagnostic yang pasti. Dalam pemeriksaan secara makroskopik, harus diperhatikan bentuk, warna, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pada pemeriksaan mikroskopik, harus diperhatikan keberadaan telur cacing, parasit dan bakteri
b.      Dinister
b.Pemeriksaan ini bila diduga terdapat intoleransi gula
c.       Uji bakteri bila diperlukan
d.      Pemeriksaan feses
d.Bila terdapat leukosit yang menunjukkan adanya inflamasi kolon. Jika diare disertai darah, maka perlu dilakukan kultur feses, karena dicurigai penyebabnya adalah EHEC (enterrohehemorragic E. coli) atau baketri atau parasit atau virus lainnya.
2.      Pemeriksaan darah, diantaranya:
1)      Pemeriksaan kadar Ph darah dan cadangan dikali serta elekrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2)      Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3)      Analisis gas darah dan pemeriksaan darah lengkap dilakukan bila terjadi diare berat
4)      Deudenal intubation
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui jasat renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama diakukan pada penderita diarea kronis
5)      Endoskopi
5)Sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderita diare. Lebih-lebih lagi setelah ditemukannya colon fiberscope yang akan mempermudah dalam pembuatan diagnosis
3.      Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan radiologi
4.      Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine ini dilakukan untuk menerapkan volume, berat jenis, pH dan elektrolitnya

H.    Pengkajian 11 Pola Fungsi Gordon
1.      Persepsi Kesehatan : kaji persepsi sehat dan sakit pada klien.
2.      Nutrisi metabolic : kaji mengenai mual, muntah, anoreksia, pada pasien yang dapat menyebabkan penurunan berat badan.
3.      Pola eliminasi : kaji mengenai perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari pada pasien dan BAK sedikit atau jarang.
4.      Aktivitas : kaji tingkat aktivitas pada pasien, apakah ada kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
5.      Tidur/istirahat : kaji tingkat istirahat pasien dan kaji adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6.      Kognitif/perseptual : kaji tingkat pengetahuan tentang penyakit pada pasien dan juga mengenai higienitas pasien sehari-hari.
7.      Persepsi diri/konsep diri : Kaji mengenai gangguan konsep diri pada pasien dan juga kebutuhan fisiologisnya apakah terganggu, sehingga aktualisasi dirinya tidak dapat tercapai pada saat sakit.
8.      Seksual/reproduksi : Kaji mengenai penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
9.      Peran hubungan : Kaji pada pasien mengenai hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
10.  Manajemen koping/stress : Kaji pada pasien mengenai kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
11.  Keyakinan/nilai : Kaji pada pasien menegenai kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala penyakit.

I.       Pemeriksaan Fisik
1)      Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

2)      Pemeriksaan sistematik :
                                       i.Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
                                     ii.Perkusi : adanya distensi abdomen.
                                   iii.Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
                                   iv.Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3)      Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Anak yang sedang diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
4)      Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

J.      Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA)
1)    Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga kali buang air besar cair per hari, ada dorongan
2)      Defisit volume cairan berhubungan dengan output (keluaran) cairan melalui rute normal (diare berat atau muntah), status hipermetabolik, dan pemasukan cairan yang terbatas.
3)      Jumlah nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrisi, status hipermetabolik.

K.    Intervensi Keperawatan (NOC dan NIC)
1.     Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga kali buang air besar cair per hari, ada dorongan.
a.    Tujuan
Diare dapat teratasi, dan BAB kembali normal.
b. Kriteria Hasil
-Tidak ada diare
-Konsistensi tidak cair
-Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
-TTV dalam batas normal.
-Bising usus dalam batas normal
b.      Intervensai
1)      Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : mengetahui keluaran dan masukan
2)      Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Rasional : menghindari adanya hidrasi
3)      Kontrol bising usus
Rasionaal : mengetahui garakan peristaltik
4)      Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV
Rasional : untuk menghindari dehidrasi.

2.      Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal (muntah, diare) atau status metabolik, dan pemasukan cairan yang terbatas.
a.       Tujuan
Defisit cairan teratasi
b.      Kriteria hasil
- Asupan (intake) seimbang dengan output
- Tanda-tanda vital dalm batas normal
- Membran mukosa kulit lembab
- Capilary refi <3 detik
- Berat badan seimbang

c.       Intervensi
a.       Kaji masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses, hitung intake dan output, ukur berat jenis urine, observasi oliguri.
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b.    Kaji tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)
Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan
c.    Observasi kulit kering, berlebihan dan membrane mukosa, turgor kulit menurun, pengisian kapiler lambat, ukur berat badan tiap hari.
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi
d.   Berikan cairan sering dan dalam jumlah kecil untuk mendorong urinasi terjadi tiap dua jam (air daging, minumam ringan berkabonat, minuman suplemen elektrolit, jus apel). Rasional : Minuman berkarbonat menggantikan natrium dan kalium yang hilang pada diare dan muntah.
5)   Kolaborasi pemberian oralit
Rasional : untuk mengatasi diare

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrisi, status hipermetabolik.
a.       Tujuan
Gangguan nutrisi dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
b.      Kriteria hasil
Menunjukkan berat badan yang normal dengan nilai laboratorium normal dan tak ada tanda mal nutrisi.
c.       Intervensi
1)      Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet.
2)      Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolic
3)      Anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energy untuk makan
4)      Berikan kebersihan oral
Rasional : Meningkatkan nafsu makan.
5)      Kolaborasi dengan ahli gizi
Protein diperlukan untuk integritas kulit.




Daftar Pustaka

Ardiansyah, Muhammad. 2012.Medikal Bedah. Jogjakarta:Diva Press
Black, Joice M. and Hawk, Jane Hokanson. 2005. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcomes. USA: Elsevier Saunders.
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA international. 2010. diagnosa keperawatan defiisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare’s. 2007. Medical-surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar